Wednesday 16 June 2010

Batik Jumputan





Batik Jumputan
1.PENGERTIAN BATIK JUMPUTAN
Batik adalah suatu proses pewarnaan dengan teknik Celup Rintang, artinya zat warna yang diserap oleh kain dirintangi (terhalang) dengan bahan atau alat sehingga membentuk corak/motif. Batik Jumputan pada dasarnya hampir sama dengan Batik Tulis, adalah sebuah KARYA SENI, hasil dari kerajinan/ketrampilan tangan pada sebuah kanvas berupa kain hasil proses pewarnaan dengan celup rintang. Jika pada batik tulis, proses perintangan warna adalah malam/lilin yang ditulis dengan canting, maka pada Batik Jumputan yang dipergunakan sebagai perintang warna adalah tali rafia / karet / benang maupun potongan­potongan bambu kecil yang diikatkan pada kain. Batik Jumputan mempunyai Nilai Seni tersendiri. Keanggunan corak dan warna sangat dipengaruhi oleh ketrampilan pengrajin. Hasil corak dan warna yang timbul tergantung dari bahan baku kain, cara, kreasi dan zat warna yang di­pergunakan.



Jumputan adalah salah satu cara pemberian motif di atas kain yang dilakukan dengan cara mengisi kain, melipat kain dan mengikat kain dengan cara tertentu , kemudian mencelup pada larutan zat warna sehingga akan terjadi reaksi antara serat tekstil dan zat warnanya.
Jumputan merupakan salah satu cara pembuatan motif pada kain dengan cara mengikat kain kemudian dilakukan pencelupan atau dyeing. Kain dengan motif jumputan ini banyak ditemukan di daerah Surakarta dan D.I. Yogyakarta. Proses pembuatan kain ini tidaklah sesulit yang dibayangkan hanya dengan mengikat kain dan melakukan pencelupan pada zat warna maka akan tercipta kain bermotif jumputan yang bisa dibuat selendang, angkin, dan pada masa sekarang banyak dibuat pakaian seperti daster, kaos oblong, kebaya dan baju pesta yang mewah. Anda penasaran dengan pembelajaran ini? Ikuti terus materi ini selanjutnya karena semua hal tentang jumputan akan ditemukan di sini.

Jumputan dalam bahasa Jepang disebut (shibori,1,2,3) ditemukan sekitar 3000 tahun sebelum Masehi. Jumputan dapat dilakukan dengan cara mengisi kain, mengikat dan melipat kain dengan cara tertentu, kemudian mencelup dalam larutan zat warna yang akan membentuk ikatan reaksi antara serat tekstil dan zat warnanya, sehingga terciptalah suatu motif pada kain tersebut. Perbedaan cara mengisi, melipat, dan mengikat kain akan menghasilkan warna dan motif yang berbeda. Dengan cara ini dapat tercipta ribuan motif.

2. BAHAN BAKU
Bahan baku yang dipergunakan adalah kain dari serat alami, antara lain : jenis katun, rayon atau dari campuran katun dan rayon atau bahkan dengan jenis kain sutra. Karena kain jenis tersebut mampu menyerap zat warna dan dengan sendirinya kain tersebut bila dipakai adem dan lebih nyaman (menyerap keringat). Demikian pula zat warna yang dipergunakan mudah didapat dipasaran umum. Misalnya dari jenis zat warna reaktif, zat warna bejana, direk, naptol maupun pigment atau bisa juga dengan zat alami (umbi kunyit, kulit buah manggis, bunga pukul empat dan lain­lain).